Senin, 04 Oktober 2010

Mulai dari Burka Pakistan, Cadar Arab, sampai Kerudung Paris di Indonesia


Mulai dari Burka Pakistan, Cadar Arab, sampai Kerudung Paris di Indonesia
nanonanovemberrain.blogspot.com
Ada sebuah kutipan yang menarik yang saya simak di sebuah tayangan ensiklopedia Islam yaitu Inside islam:
“Mulai burka Pakistan yang menutupi sama sekali, sampai cadar-cadar yang digunakan wanita Arab  itu merupakan pilihan budaya bukanlah firman Allah“.

Well, mesti saya tambah tuh “sampai ke kerudung  Paris di Indonesia (hhehe)”. Saya setuju dengan kutipan itu, semua yang disebutkan itu ada benarnya, bahwasanya semua itu hanyalah pilihan budaya, dalam Al-Qur’an pun disampaikan adalah perintah untuk mengenakan jilbab itu wajib dan adapun disampaikan pengenaan jilbab seperti apa tercantum dengan sempurna. Untuk pilihan jilbab itu seperti apa, budayalah yang berperan disini.
Namun modern ini, masi banyak yang “terjebak” (include me..) arah jilbab  itu seperti apa? Menurut saya jilbab adalah keseluruhan. Dalam artian, hatimu.. jiwamu.. rohanimu… ragamu… lingkunganmu.. Tuhanmu.. semua jadi satu paket. Keterjebakan ini menjadi suatu jihad kecil tersendiri, perjuangan dalam diri, untuk saya terus mencari dan belajar. Karena terkadang walaupun saya mengetahui apa yang ada atau yang benar itu separti apa, namun terkadang masi belum ada pengakuan yang sesesungguhnya diterima oleh diri atau malah mengacuhkannya.  Astagfirullah….Sungguh diri ini ingin terus belajar untuk  menuju kaffah.
Ada sebuah artikel yang menurut saya menarik untuk dibagi dengan teman-teman. Artikel dari majalah marie claire oleh Hanna Faridl “PERJANJIAN JILBAB”, Hanna berkata:
“Jilbab bukan hanya sehelai kain penutup. Ada konsekuensi yang mau tak mau harus ditanggung saat kita memutuskan untuk ‘membungkus’ rambut dan menutupi aurat. Di sisi lain, jilbab kini juga semakin popular. Desakan untuk memenuhi standar social menghasilkan berbagai dampak bagai pemakai jilbab. Efek yang terburuk adalah kemunafikan”  …Naudzubillahimindzalik semoga niatan kita selalu lurus di jalan yang benar.
Hanna bertutur,
“Memakai jilbab juga ibarat membuat perjanjian dengan diri sendiri. Begitu yakin kita siap untuk berusaha menjadi sosok yang lebih baik, lebih sholeh, lebih rajin, dalam menjalankan perintah-Nya. Namun layaknya manusia biasa, segala godaan, kekhilafan dan kesalahan tak pernah luput dari keseharian manusia. Bila kita sudah mematok standar untuk diri sendiri, tapi dengan berat hati mengakui  bahwa sesekali kita tak mampu memenuhinya, saat itulah kita mulai berperang dengan batin. Jlan keluarnya adalah berpegang teguh pada perjanjian ketiga, yaitu dengan Yang Maha Kuasa. Perjanjian ketiga ini sepertinya lebih mudah dilakukan disbanding dua perjajnjian diatas karena Dia-lah yang Maha Kuasa dan Maha Mendengarkan serta Maha di atas segala Maha. Ketika kita tak bisa lagi kompromi dengan diri sendiri atau lelah menghadapi tuntutan social, ada saja cara Dia yang membuat kita menjadi lebih tenang terutama secara batin.”
Sebenarnya, perempuan dengan jilbab atau tanpa jilbab sama-sama manusia yang hanya berusaha menjadi individu yang lebih dekat dengan Tuhannya. Bedanya, cara yang diambil setiap orang untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan tentu berlainan. Ada yang memulainya dengan berjilbab. Ada pula yang melakukannya tanpa/belum harus berjilbab.
Dalam Inside Islam ada seorang wanita bernama Asma Gull Hasan, -/+ dia berkata seperti ini :
“Saya memilih tidak memakai jilbab, karena menurutku bukanlah hanya sekedar selembar kain penutup kepala . Namun bagaimana jiwa ini yang menunjukkan ke-Islam-an tersebut”.
Saya yakin, semua orang mempunyai hak dalam pandangan dan cara yang diyakini masing-masing. Tak ada yang perlu diperdebatkan, semua hanya akan memperpanjang. Yang perlu diperdebatkan hanya dalam hati masing-masing. Dan biarlah Allah yang menilai…
Takaran dan waktu “ke-KLIK-an” setiap manusia berbeda-beda, lebih cepat sekiranya itu lebih baik. Inilah mengapa betapa perlunya kita memahami Al-Qur’an dan tradisi Islam. Kini saatnya kita menunjukkan jiwa yang sesungguhnya pada dunia, agar agama ini tidak  selalu dinilai agama yang tidak relevan. Demi masa depan kita, mulai dari diri kita sendiri...karena pada dasarnya kita semua ini sama, mengharapkan hal yang sama..
Semoga sharing ini bermanfaat, maaf jika sekiranya ada kesalahan pada diri yang masih belajar ini karena kesempurnaan hanyalah milik Allah semata…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar